Dewi Puspita Sari

Selasa, 11 Desember 2012

masalah ekonomi

Pengamat: “BBM Dinaikkan, Bukti Kebodohan Pemerintah”

Mediaumat.com. Jakarta. Pemerintah dinilai bodoh oleh Arim Nasin bila ingin mengatasi penyelundupan dengan menaikan bahan bakar minyak (BBM). “Ini alasan yang menunjukkan kebodohan pemerintah yang tidak bisa mengatasi penyelundupan,” tegas pengamat ekonomi syariah tersebut kepada mediaumat.com, Selasa (11/12) melalui pesan singkat.
Menurutnya, penyelundupan marak terjadi lantaran penegakkan hukumnya yang lemah. “Jadi kalau mau menghilangkan penyelundupan, penegakkan hukumnya yang harus ditata, bukan harga BBM-nya yang dinaikkan agar sama dengan di luar negeri,” ungkapnya.
Karena, lanjut Ketua Lajnah Maslahiyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia tersebut, dalam  ajaran Islam, migas adalah harta milik rakyat, yang wajib dikelola negara dan haram dikelola swasta apalagi asing. Hasilnya, dikembalikan lagi kepada rakyat dengan membagikan hasilnya secara langsung atau pun memberikan jaminan pendidikan, kesehatan dan keamanan secara gratis.
Namun, Dosen Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung tersebut mengingatkan, selama pengelolaan migas berdasarkan pola fikir liberalis kapitalis, maka kenaikan BBM memang tidak bisa dihindari. Karena sebagian besar sumber migas milik rakyat ini oleh pemerintah diserahkan kepada asing. Kemudian pemerintah membeli BBM tersebut dengan sangat mahal kepada asing menggunakan uang rakyat.
Dengan uang rakyat juga, pemerintah ‘mensubsidi’ rakyat. Agar semakin sempurnanya pemerintah menjalankan liberalisasi, kemudian ‘subsidi’ pun dicabut secara bertahap agar harganya sama dengan harga luar negeri dengan alasan menghindari penyelundupan. “Ini adalah tindakan  pemerintah yang dzalim dan khianat,” pungkasnya.
Sebelumnya, seperti diberitakan VOA Indonesia, Direktur Bahan Bakar Minyak (BBM) pada Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Djoko Siswanto, di Jakarta, Senin (10/12), menyatakan harga BBM bersubsidi sudah saatnya naik namun dengan cara bertahap.
Menurut Djoko, semakin maraknya penyalahgunaan BBM bersubsidi saat ini karena adanya selisih harga yang menggiurkan bagi para spekulan. Harga BBM non-subsidi sekitar Rp 10.000 per liter sementara harga BBM bersubsidi Rp 4.500 per liter.[] Joko Prasetyo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar