Mediaumat.com. Jakarta. Pemerintah dinilai bodoh oleh Arim Nasin bila
ingin mengatasi penyelundupan dengan menaikan bahan bakar minyak (BBM).
“Ini alasan yang menunjukkan kebodohan pemerintah yang tidak bisa
mengatasi penyelundupan,” tegas pengamat ekonomi syariah tersebut kepada
mediaumat.com, Selasa (11/12) melalui pesan singkat.
Menurutnya, penyelundupan marak terjadi lantaran penegakkan hukumnya
yang lemah. “Jadi kalau mau menghilangkan penyelundupan, penegakkan
hukumnya yang harus ditata, bukan harga BBM-nya yang dinaikkan agar sama
dengan di luar negeri,” ungkapnya.
Karena, lanjut Ketua Lajnah Maslahiyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia
tersebut, dalam ajaran Islam, migas adalah harta milik rakyat, yang
wajib dikelola negara dan haram dikelola swasta apalagi asing. Hasilnya,
dikembalikan lagi kepada rakyat dengan membagikan hasilnya secara
langsung atau pun memberikan jaminan pendidikan, kesehatan dan keamanan
secara gratis.
Namun, Dosen Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas
Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung tersebut mengingatkan, selama
pengelolaan migas berdasarkan pola fikir liberalis kapitalis, maka
kenaikan BBM memang tidak bisa dihindari. Karena sebagian besar sumber
migas milik rakyat ini oleh pemerintah diserahkan kepada asing. Kemudian
pemerintah membeli BBM tersebut dengan sangat mahal kepada asing
menggunakan uang rakyat.
Dengan uang rakyat juga, pemerintah ‘mensubsidi’ rakyat. Agar semakin
sempurnanya pemerintah menjalankan liberalisasi, kemudian ‘subsidi’ pun
dicabut secara bertahap agar harganya sama dengan harga luar negeri
dengan alasan menghindari penyelundupan. “Ini adalah tindakan
pemerintah yang dzalim dan khianat,” pungkasnya.
Sebelumnya, seperti diberitakan VOA Indonesia, Direktur Bahan Bakar
Minyak (BBM) pada Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hilir Minyak dan Gas
Bumi (BPH Migas) Djoko Siswanto, di Jakarta, Senin (10/12), menyatakan
harga BBM bersubsidi sudah saatnya naik namun dengan cara bertahap.
Menurut Djoko, semakin maraknya penyalahgunaan BBM bersubsidi saat
ini karena adanya selisih harga yang menggiurkan bagi para spekulan.
Harga BBM non-subsidi sekitar Rp 10.000 per liter sementara harga BBM
bersubsidi Rp 4.500 per liter.[] Joko Prasetyo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar